Dear diary..
Aku mau cerita lagi nih. Ini soal hal yang berkaitan sama
orang itu tuh. Ya,Alan maksudku. Kamu tau? aku sedih lihat Alan selalu duduk
sendiri di kelas. Aku juga sedih lihat Alan selalu disindir,dikucilin,dan
dijelek-jelekin teman-teman. Lama-lama aku mulai paham sebenernya,apa alasan mereka
berperilaku seperti itu ke dia. Alan nyebelin sih.
Aku nanya banyak hal soal Alan ke teman-teman. Dan tanggapan
mereka sama. Semua bilang,mereka enggak suka sama Alan. Dan semua nyuruh aku buat
enggak dekat-dekat lagi sama Alan. Aku jadi bingung harus gimana. Aku kan maunya
berteman sama siapapun. Tapi,Alan nyebelin. Iya,Alan nyebelin.
Dia kasar sama
perempuan. Bahkan dia kasar sama aku,orang yang ngakunya dia sayangi .
Intinya,aku akhirnya tau dan merasakan sendiri rasanya
dikasarin sama Alan. Ku kira Alan baik,dan kukira kata teman-temanku itu salah.
Tapi ternyata,teman-temanku enggak salah. Mereka benar,dan aku yang salah. Aku
terlalu berpikiran baik tentang Alan.
Tapi aku masih sulit mempercayai ini semua,diary.
Apakah laki-laki yang
memberiku tisu saat aku menangis,dikala aku patah hati adalah laki-laki yang
tak baik?
Apakah laki-laki yang menyemangatiku untuk semangat disaat
aku down adalah laki-laki yang tak
baik?
Dan apakah laki-laki yang berkata kepadaku
“ Air matamu
terlalu berharga buat nangisin cowok kayak Yovan ” adalah laki-laki yang tak
baik? Yovan adalah orang yang nyakitin aku, diary.
Apakah Alan terdengar seperti orang yang tak baik? Entah, setelah perbuatan yang dia lakuin ke aku beberapa waktu lalu.
Tapi diary, aku ingat semuanya. Aku ingat.
Masih teringat jelas diingatanku saat Alan bilang..
“ Cowok
yang baik,bukan dia yang nuntut ceweknya buat berubah seperti apa yang dia
inginkan. Tapi cowok yang baik itu, cowok yang bantuceweknya buat berubah ke
pribadi yang lebih baik” .Itu kata Alan.
Yang paling membekas
di ingatanku adalah.. Kata Alan, air mataku terlalu berharga buat nangisin
laki-laki itu. Laki-laki itu adalah penyebab air mataku. Namanya Yovan. Yovan udah buat aku suka sama dia,lalu Yovan nembak aku,kami pacaran,dan ujung-ujungnya dia mutusin aku. Dia juga ingin aku begini,begitu,dan lain-lain. Yovan juga hanya jadikan aku pelampiasannya. Setelah aku putus dari Yovan,dia begitu aja balikan sama mantannya.
Ya, intinya air mataku terlalu berharga buat nangisin laki-laki yang
cuma bisa nuntut aku berubah. Tanpa menuntun aku untuk berjalan ke arah yang
lebih baik. Air mataku juga terlalu berharga kata Alan,kalau buat nangisin Yovan
yang hanya jadikan aku pelampiasan. Aku terharu mengingat semua itu. Bahkan
sangat terharu ketika mengingat semua hal manis yang pernah Alan beri ke aku.
Tapi semua rasanya tertutupi oleh rasa sakit akibat sifat dan sikap kasar Alan
kepadaku. Alan tak sebaik yang ku kira.
Cuma gara-gara aku smsan sama salah satu teman laki-lakiku
di kelas, dia jadi marah berlebihan. Dan dia cemburu,lalu larang aku
dekat-dekat laki-laki lain. Padahal Alan kan
bukan pacarku. Dia enggak bisa seenaknya begitu. Bahkan dia juga gak bisa
seenaknya berperilaku kasar ataupun berkata kasar ke perempuan.
Apalagi Alan bilang dia sayang aku. Bagaimana bisa dia
berkata kasar,dan berperilaku kasar ke orang yang dia sayangi? Jika dia bisa
seperti itu dengan orang yang dia sayang,apalagi kalau sama orang yang dia
benci ya? Hmm, Alan jahat.
: (
Ternyata orang yang nyemangatin aku buat gak nangisin Yovan,yang bilang air mataku terlalu berharga buat nangisin cowok kayak Yovan,yang ngasih tisu waktu aku nangis gara-gara Yovan...
.... jadi penyebab aku nangis malam ini.
Harusnya aku sama Alan begini >>
Alan lupa mungkin ya. Kan seharusnya dia jadi orang yang hapus air mataku. Bukan orang yang jadi penyebab tangisku gara-gara perbuatannya yang nyakitin itu.
Alan bilang dia sayang aku, diary.
Tapi aku enggak paham,kenapa dia bisa sekasar itu ke aku.
Aku enggak paham. Bantu aku memahami ini semua, diary,
Bantu aku mengetahui bahwa Alan sebenarnya enggak bermaksud sekasar itu sama aku.
Aku ingin semua kembali seperti dulu.
Seperti beberapa saat lalu. Waktu aku sama Alan. Akur.
-Nindy,2 Oktober 2012-