Selamat Datang Kawan

Get Gifs at CodemySpace.com

Sabtu, 02 November 2013

Waktu aku sama Alan (2)



Dear diary.. 

Aku mau cerita lagi nih. Ini soal hal yang berkaitan sama orang itu tuh. Ya,Alan maksudku. Kamu tau? aku sedih lihat Alan selalu duduk sendiri di kelas. Aku juga sedih lihat Alan selalu disindir,dikucilin,dan dijelek-jelekin teman-teman. Lama-lama aku mulai paham sebenernya,apa alasan mereka berperilaku seperti itu ke dia. Alan nyebelin sih.

Aku nanya banyak hal soal Alan ke teman-teman. Dan tanggapan mereka sama. Semua bilang,mereka enggak suka sama Alan. Dan semua nyuruh aku buat enggak dekat-dekat lagi sama Alan. Aku jadi bingung harus gimana. Aku kan maunya berteman sama siapapun. Tapi,Alan nyebelin. Iya,Alan nyebelin.
 Dia kasar sama perempuan. Bahkan dia kasar sama aku,orang yang ngakunya dia sayangi .

Intinya,aku akhirnya tau dan merasakan sendiri rasanya dikasarin sama Alan. Ku kira Alan baik,dan kukira kata teman-temanku itu salah. Tapi ternyata,teman-temanku enggak salah. Mereka benar,dan aku yang salah. Aku terlalu berpikiran baik tentang Alan.

Tapi aku masih sulit mempercayai ini semua,diary.

 Apakah laki-laki yang memberiku tisu saat aku menangis,dikala aku patah hati adalah laki-laki yang tak baik?

Apakah laki-laki yang menyemangatiku untuk semangat disaat aku down adalah laki-laki yang tak baik?

Dan apakah laki-laki yang berkata kepadaku
 “ Air matamu terlalu berharga buat nangisin cowok kayak Yovan ” adalah laki-laki yang tak baik? Yovan adalah orang yang nyakitin aku, diary.

Apakah Alan terdengar seperti orang yang tak baik? Entah, setelah perbuatan yang dia lakuin ke aku beberapa waktu lalu.

Tapi diary, aku ingat semuanya. Aku ingat. 

Masih teringat jelas diingatanku saat Alan bilang..
 “ Cowok yang baik,bukan dia yang nuntut ceweknya buat berubah seperti apa yang dia inginkan. Tapi cowok yang baik itu, cowok yang bantuceweknya buat berubah ke pribadi yang lebih baik” .Itu kata Alan.

Yang paling membekas di ingatanku adalah.. Kata Alan, air mataku terlalu berharga buat nangisin laki-laki itu. Laki-laki itu adalah penyebab air mataku. Namanya Yovan. Yovan udah buat aku suka sama dia,lalu Yovan nembak aku,kami pacaran,dan ujung-ujungnya dia mutusin aku. Dia juga ingin aku begini,begitu,dan lain-lain. Yovan juga hanya jadikan aku pelampiasannya. Setelah aku   putus dari Yovan,dia begitu aja balikan sama mantannya.

Ya, intinya air mataku terlalu berharga buat nangisin laki-laki yang cuma bisa nuntut aku berubah. Tanpa menuntun aku untuk berjalan ke arah yang lebih baik. Air mataku juga terlalu berharga kata Alan,kalau buat nangisin Yovan yang hanya jadikan aku pelampiasan. Aku terharu mengingat semua itu. Bahkan sangat terharu ketika mengingat semua hal manis yang pernah Alan beri ke aku. Tapi semua rasanya tertutupi oleh rasa sakit akibat sifat dan sikap kasar Alan kepadaku. Alan tak sebaik yang ku kira. 

Cuma gara-gara aku smsan sama salah satu teman laki-lakiku di kelas, dia jadi marah berlebihan. Dan dia cemburu,lalu larang aku dekat-dekat laki-laki lain. Padahal Alan kan  bukan pacarku. Dia enggak bisa seenaknya begitu. Bahkan dia juga gak bisa seenaknya berperilaku kasar ataupun berkata kasar ke perempuan.

Apalagi Alan bilang dia sayang aku. Bagaimana bisa dia berkata kasar,dan berperilaku kasar ke orang yang dia sayangi? Jika dia bisa seperti itu dengan orang yang dia sayang,apalagi kalau sama orang yang dia benci ya? Hmm, Alan jahat.

: (

Ternyata orang yang nyemangatin aku buat gak nangisin Yovan,yang bilang air mataku terlalu berharga buat nangisin cowok kayak Yovan,yang ngasih tisu waktu aku nangis gara-gara Yovan...
 .... jadi penyebab aku nangis malam ini.







 Harusnya aku sama Alan begini     >>





Alan lupa mungkin ya.  Kan seharusnya dia jadi orang yang hapus air mataku. Bukan orang yang jadi penyebab tangisku gara-gara perbuatannya yang nyakitin itu.

Alan bilang dia sayang aku, diary.
Tapi aku enggak paham,kenapa dia bisa sekasar itu ke aku.
Aku enggak paham. Bantu aku memahami ini semua, diary,
Bantu aku mengetahui bahwa Alan sebenarnya enggak bermaksud sekasar itu sama aku.

Aku ingin semua kembali seperti dulu.
Seperti beberapa saat lalu. Waktu aku sama Alan. Akur.

-Nindy,2 Oktober 2012-

Kamis, 24 Oktober 2013

Waktu aku sama Alan


Dear, diary..

Aku mau cerita.

Waktu itu,ada acara di sekolahku. Sebuah pensi. Pensi yang meriah,karena bintang tamunya keren. Aku masih ingat,beberapa teman laki-lakiku menawari untuk mengantarkanku ke acara itu. Mereka ingin menjemputku,lalu mengantarku ke pensi. Aku tak tau apa alasannya,yang ku tau mereka baik. Baik karena mengerti,pasti tidak ada yang mengantarku ke pensi itu. Sebab,orang tuaku keluar kota.

Itu hari sabtu. Ya,malam minggu. Sebelumnya aku belum pernah merayakan malam minggu seseru waktu itu.

Oh iya,akhirnya aku memilih salah satu dari teman laki-lakiku. Orang yang kupilih itu,yang mengantarku pulang dan pergi. Dia tidak sekelas denganku. Tapi saat itu,tidak tau kenapa aku jadi memikirkan Alan. Alan itu salah satu teman yang menawarkan dirinya untuk mengantarkan ku ke pensi,dan mengantarkanku ke rumah. Tapi lagi pula,ku pikir benar aku tak berkata “iya” untuk tawaran Alan mengantarku. Karena Alan sibuk,aku tau itu. Ia menjadi salah satu orang yang ikut berpartisipasi di pensi itu. Alan pasti sibuk.

Di sepanjang pensi,aku berpisah dengan teman yang mengantarku itu. Dia berkumpul ke teman-teman laki-lakinya,dan aku berkumpul ke teman perempuanku. Suasana malam itu ramai,meriah,berisik. Bahkan untuk mendengar suara teman di sebelahku saja susahnya minta ampun. 

Aku terus ngamatin orang-orang berbaju putih,apalagi laki-laki berbaju putih. Karena Alan dan anak-anak yang ikut berpartisipasi dipensi pakai baju putih,jadi dia pasti pakai baju putih. Disamping itu,aku terus kesakitan. Kakiku sakit,aku salah pakai sepatu. Sepatu yang kupakai tidak cocok di pakai ke acara pensi seperti itu. Kakiku lecet,kulitnya mengelupas. Perih. Tapi anehnya,hanya kaki kiriku yang sakit.

Aku kadang jalan sama temen-temen perempuanku buat nyari makanan ringan,dan itu nyakitin kakiku banget. Kalau buat jalan,kakiku terasa perih. Kulit kakiku makin mengelupas. Jadi intinya,buat jalan kaki ku sakit banget.

Dan... Setiap aku ketemu teman sekelas atau teman yang aku kenal di situ,aku selalu nanya..


“kamu tau Alan dimana?” . Karena aku terus-terusan cari dia. Aku ingin tau kalau keadaannya baik-baik saja dan tak marah padaku karena aku menolak untuk diantar olehnya. Sebab dia terlihat ingin sekali mengantarku. Aku enggak tau napa,saat nolak tawaran orang lain aku biasa aja. Tapi kok saat nolak tawaran Alan,rasanya aku jadi gak enak.Ini aneh,aku tau itu.

Lagi pula,sempat aku bertemu temen yang ku kenal lainnya. Mereka malah bilang gini, 
"Nindy.. kamu dicari Alan.."

Jadi apa intinya? Kami saling cari atau gimana ya?

Lama waktu berlalu, itu sudah pukul 9 malam lebih. Di selah rasa perih di kakiku,aku mulai mengantuk,tapi ini pensi yang luar biasa. Aku tak boleh melewatkan tiap momen disini,pensi ini hanya terjadi setahun sekali. Lalu tiba-tiba ada yang menepuk bahuku, saat aku berdiri di dekat teman-teman perempuanku. Aku menoleh,dan ternyata dia Alan.


“Kamu kenapa? Gak kenapa-kenapa,kan?” ucapnya dengan nada ngos-ngosan. Dia terlihat seperti habis lari-lari.


“Aku gak kenapa-kenapa. Kok kamu nanya gitu?” jawabku heran. Aku bisa mendengar suara nafasnya yang terdengar cepat.


“Tadi beberapa temen bilang kamu nyari aku. Aku kira kamu kenapa-kenapa,makannya aku langsung nyari kamu” Kata dia serius. Aku tau Alan serius,Alan bahkan tidak memalingkan pandangan saat bicara,sorotan matanya serius,tulus.


“Em.. kakiku sakit.. “ Ucapku kearah Alan dengan sedikit mengalihkan pembicaran. Kaki ku terasa perih,kaki ku lecet. Kulitnya mengelupas,seperti robek gara-gara sepatuku.


Lalu dia gandeng aku. Gandeng erat dan bawa aku ke pinggir tempat pensi. Kami jalan berdua,terus setelah sampai dia bicara..

“Yang mana? Sini aku lihat. “

Aku duduk di rumput-rumput. Pensi sekolahku diadakan di lapangan bola sekolah. Sekarang aku di pinggir lapangan sama Alan. Aku malu-malu nunjukin luka di kakiku yang muncul hanya gara-gara salah sepatu. Tapi Alan terus-terusan minta aku nunjukin luka lecetnya. Akhirnya aku tunjukin..

“Ini yang sakit.. “ Ucapku sambil menunjuk kaki kiriku,dan membuka sepatuku.

Dia ngamatin kakiku, dan bilang “Ck ck ck..Pasti sakit. Lagian udah tau pensi kayak gini,kamu pake sepatu kayak gitu”. Tiba-tiba dia ngoceh-ngoceh ke aku sambil ngebuka sepatu kirinya,lalu ngelepas kaos kakinya,dan ngasih kaos kaki itu ke aku.

“Ini, pake.. “ ucapnya sambil ngasih kaos kaki hitam yang habis dia pakai itu.


“Hah?” balasku singkat dengan muka enggak percaya.


“Kamu mau tetep kesakitan kayak gitu dan gak bisa jalan, apa pakai kaos kakiku tapi sakitnya jadi mendingan?” Itu kata Alan.

Aku enggak jawab apapun,tapi aku langsung ambil kaos kaki yang ada di tangannya itu lalu memakainya. Aku tak berfikir bahwa memakai bekas kaos kaki orang lain yang udah dipakai seharian adalah hal yang menjijikkan. Alan benar,lebih baik aku pakai kaos kakinya. Kakiku lecet,kulitnya mengelupas,sedikit berdarah,perih,memerah. Selain itu, Alan juga nyaranin aku buat langsung ngobatin kakiku pas udah sampai rumah.

Benar kata dia,sakitnya mendingan. Kemudian Alan ngajak aku makan,tapi aku lagi gak laper. Secara enggak langsung aku  bilang ke dia kalau enggak usah beliin aku apapun. Tapi aku keceplosan. Aku bilang,aku hanya butuh minum,aku haus.  Enggak taunya dia bilang.. “bentar ya,tunggu sini..”. Aku bingung harus gimana. Aku hanya mengangguk. Sungguh orang yang baik,Alan. Dia benar-benar membantu orang yang sedang kehausan tapi kekurangan uang untuk membeli minum. Apalagi minuman dan makanan di pensi itu mahal-mahal.

Tak lama kemudian Alan datang,memberiku minuman. Aku menyambutnya senang. Alan baik,Alan baik,Alan baik. Dia baik. Aku kaget kenapa teman-temanku kira dia jahat. Alan dibenci beberapa teman-temanku. Mereka bilang Alan tak baik.

Setelah itu,aku minta Alan mengantarku ke teman-teman perempuanku tadi. Aku takut mencari teman-temanku tadi sendirian di keramaian. Alan mengantarku,sampai aku menemukan teman-temanku tadi. Aku tersenyum hangat ke Alan. Terimakasih Alan, kamu baik banget,.

Lalu waktu sudah menunjukkan jam 12 lebih. Aku pulang. Ya,waktunya aku pulang. Aku terus nengok ke laki-laki yang berbaju putih. Berharap salah satu dari mereka adalah Alan. Tapi dia gak ada. Kata Alan kalau aku butuh dia,dia ada di tempat yang dia tunjukin ke aku itu,yang barusan aku amatin. Tapi Alan enggak ada. Lagian aku tau Alan bohong,Alan dan anak-anak yang berpartisipasi di pensi kan sukanya keliling-keliling kayak patroli. Padahal aku tau mereka gak lagi patroli. Sampai akhirnya aku pulang tanpa ketemu dia lagi. Aku pulang sama orang yang tadi jemput aku dari rumah. Katanya dia suka sama aku. Dari matanya juga kelihatan.

Jadi aku baru sadar,temen-temen laki-laki yang nawarin buat nganter dan jemput aku itu kan yang katanya dan ngakunya suka sama aku. Aduh. Aku baru sadar.

Oh iya,lalu di hari seninnya aku bawa kaos kaki yang Alan pinjamkan ke aku. Ku cuci kaos kaki itu,sekarang baunya wangi. Alan terlihat senang dapat kaos kaki itu,lalu dia cium bau kaos kaki itu. Dia tersenyum dan bilang,kalau itu wangi. Alan juga bilang,enggak akan pakai kaos kaki itu. Itu buat kenang-kenangan. 

Aku balas senyum Alan. Senyum tulus.


Aku enggak mau cepat-cepat menyimpulkan. Tapi,aku rasa ada perasaan yang berbeda saat aku dekat sama dia. 


Ya,dekat sama dia.
Kalau aku jadi suka Alan, gimana dong? Kata temen-temen Alan gak baik orangnya. Enggak baik buat aku. Aku enggak tau kenapa.

Apa temen-temen salah,ya?
Hm, tapi yang jelas aku enggak akan lupa sama hari itu. Malam minggu saat acara pensi sekolah, waktu aku sama Alan.

-Nindy, 24 September 2012-

Sabtu, 12 Oktober 2013

Ini Hati? atau Halte Bis?



Ini hati. Hatiku. Bukan halte bis,kan? Bukan tempat persinggahan untuk sekedar datang dan pergi.
 Bukan..

        Banyak yang datang dan pergi di hidup ini,aku tau itu. Bahkan banyak yang hanya datang untuk sekedar membuatku sadar,bahwa pada akhirnya ia akan pergi. Ini hal konyol,aku mengerti. Tetapi aku pun paham,ini lumrah terjadi.  Kadang aku merasa seperti orang bodoh. Aku berpikir.. apa serendah itukah aku dipandangan mereka. Sehingga mereka bisa seenaknya hadir di hidupku,membuatku nyaman,membuat ku mencintainya,tapi di akhir cerita aku ditinggalkan begitu saja. 

Apa serendah itu kah?

        Memang lebih baik dicintai lalu kehilangan,dari pada tak pernah dicintai sama sekali. Tapi ditinggal pergi tanpa pamit itu menyakitkan,kau tau? Dia membuat kita nyaman,membuat kita merasa bahwa ia sudah menemukan tempat yang ia cari. Akan tetapi,ternyata ia pergi mencari tempat yang lain tanpa pamit. Secepat itu pergi,tanpa ada tanda-tanda yang terisyaratkan.

Terkadang pula,beberapa dari mereka yang pergi sempat merengek tuk kembali. Berharap akan kuterima lagi. Dan mencoba membuatku yakin,bahwa mereka benar-benar sempat menyia-nyiakanku. Tapi,masa lalu tak akan pernah berubah. Kalau aku yakin memberinya kesempatan kedua, aku tak punya pilihan selain membangun kembali kepercayaan yang sempat hilang. Kalau tidak, aku hanya akan membiarkan hatiku sakit untuk kedua kalinya.

Kupikir, beberapa dari mereka tidak peduli soal ‘meraih kembali rasa percayaku’ yang hilang itu. Mereka hanya berharap aku percaya begitu saja. Ya,begitu saja. Lalu berharap aku kan kembali untuknya,seperti dulu,menjadi miliknya. Dan aku paham,orang seperti itu adalah orang yang tak bersikap dewasa. Kurasa,lebih baik sendirian dari pada menjalani hubungan tanpa dilandasi kepercayaan.

        Lama-lama aku pikir,apa benar ya hati ini seperti halte bis? Karena sebenarnya dari halte bis.. yang bepergian hanya orang-orangnya. Bukan haltenya. Jadi..dalam suatu hubungan, yang berubah hanya soal datang dan perginya orang yang hadir di kehidupan kita. Bukan hatinya. Bukan perasaan kita.

Pernah dengar kata " Dari semua bintang di langit,tentu ada yang paling terang. " ?
Itu perumpamaan... Sama seperti soal halte bis. Dari yang sempat datang lalu pergi,pastinya selalu ada yang paling diingat oleh kita. Entah orang yang datang itu diingat karena ia memakai baju yang bagus,gelang yang kita suka,gaya rambutnya berantakan,dandanan yang tidak rapi,dan lain-lain. 

   Begitu juga soal perasaan, dari semua yang sempat datang dan pergi dihidupmu,tentu ada yang paling dikenang. Tentu,pasti ada yang paling dikenang. 


Ya, terkenang.


Rabu, 04 September 2013

catatan masa lalu.


Dulu, pernah ada cerita.

Ya,pernah ada sesuatu diantara kami. Sayangnya, kisah sedih lebih banyak ketimbang bahagianya. Karena,aku terus mempertahankan sesuatu yang sebenarnya tak layak dipertahankan. Hanya karena atas dasar cinta, aku selalu mencoba memaklumi perbuatannya, memaafkan kesalahannya, mempertahankannya. Padahal jika dinalar dengan akal sehat, aku sama saja membuang-buang waktuku jika bersama orang itu. Orang itu, kamu.


Tak ada yang bisa kubanggakan dari seseorang yang hanya bisa menyakiti. Tak ada.
Sedangkan kamu membangga-banggakanku di depan teman-temanmu. Padahal kamu tak sadar, perbuatanmu itu membuat seluruh temanmu makin tak percaya bila kamu bisa-bisanya mendapatkanku. Entah apa yang ada dipikiranmu. Kamu memperlakukanku biasa saja,tapi membangga-banggakan statusmu sebagai pacarku di depan teman-temanmu. Kamu kira pacar itu pajangan?

Tapi setidaknya, kamu beruntung. Beruntung ku cintai saat itu. Karena sejengkel apapun aku kepadamu, semarah apapun aku kepadamu, sekecewa apapun aku kepadamu, selalu saja bisa diri ini memaafkannya. Apalagi alasannya kalau bukan karena cinta. Memang benar kata pepatah, cinta itu buta.
Terkadang kita paham dia tak baik, dan akan berdampak buruk bagi kita.Tapi jika sebelumnya kita mencintainya, sebermasalah apapun dirinya.. pasti kita mampu memaafkannya. Kita selalu percaya dia dapat berubah, walau sepertinya keyakinan itu mustahil terjadi. Benar.semua itu atas dasar cinta.

Sayangnya, kamu tak pernah menghargai perjuanganku itu. Kamu lupa kalau sebenarnya ada yang mati-matian mempertahankannya dikala dirinya menyakiti orang itu. Kamu mendua.

Cinta itu untuk dua orang,bukan tiga. Cinta hanya untuk dua orang yang saling mencintai, bukan untuk memberi ruang kepada orang ketiga. Cinta itu hanya untuk aku dan kamu, bukan untuk dia juga. Cinta hanya tentang Kita. Dan aku tak akan pernah ingin ada orang lain diantara kita.

Tapi sayang, orang ketiga itu.. kau biarkan masuk begitu saja diantara kita.
Makin lama sakit ini makin menjadi. Rasa sakit ini makin nyata. Bahkan terkadang aku lupa caranya tulus tersenyum tanpa berbohong. Ya, aku terlalu sering memberi senyum palsu kepadanya. Aku selalu tersenyum dikala hati menangis. Ini bukan munafik, aku hanya ingin tampil biasa saja saat ada masalah. Agar tak merepotkan banyak orang, dan bukannya tak mau menjelaskan kepada kamu tentang apa yang terjadi. Tapi menurut pengalamanku saat aku bersama denganmu, kamu selalu tak mengerti dengan apa yang kurasa. Dan kupikir, kamu tak akan mengerti tentang ini walau ku jelaskan berkali-kali. Seperti biasa.

Dan, ada saat aku menyerah.
Aku telah sampai di titik puncak. Puncak dari batas kesabaranku.
Ya.. , aku memutuskan pergi. Aku lelah. Kumohon,jangan cintai seseorang setengah-setengah hanya karena kamu mencintai yang lain juga. Karena itu akan menyakiti keduanya. Dari pada terus bertahan tanpa kejelasan, aku memilih pergi. Walau seribu kata maaf terucap dari bibirmu, ku rasa luka ku terlalu dalam untuk terobati.

Hei.. coba kamu lihat dia ? dia saja yang bukan siapa-siapa mu meneteskan air matanya saat kamu lebih banyak waktu untukku. Padahal kamu bukan siapa-siapanya. Sedangkan aku? harusnya kamu tau, aku yang pacarmu pastinya lebih dari menangis. Lebih dari itu saat tau kamu mau-maunya merelakan waktumu dengan ku disita ,oleh kehadiran dia.

Kini, semua sudah berakhir. Kamu mulai mengejar-ngejar ku seperti awal dulu ingin mendapatkanku. Bagai rengekan anak kecil yang minta mendapatkan balon. Ini lucu. Kamu menyakitiku, lewat perbuatanmu, lalu saat aku pergi, kamu memintaku kembali. Ini konyol. Padahal aku pergi karena ulahmu sendiri.

Sudah-sudah, jangan mengejarku lagi. Tak capek? Aku saja yang selalu kau kejar lelah untuk dikejar.
 Ya, itu ucapan yang ku ingat dulu. Aku secara tak langsung, dengan bahasa kiasan mengatakan itu kepadamu. Dan kini... aku tau memang hak mu mencari (pacar) yang lain. Tapi bisakah , bukan dengan dia ?

Bukan dengan orang yang menjadi penyebab berakhirnya hubungan kita? Mereka kini bersama. Dua orang yang dulu sembunyi-sembunyi merahasiakan hubungannya. Ini tentang kamu dan dia. Yang menyembunyikan semuanya disaat kamu masih bersamaku. Sebisa mungkin ingin kamu membuatku selalu berpikir bahwa aku satu-satunya. Tapi padahal, dibalik ini semua.. kamu mendua dengan dia.

 Dan sekarang, aku bukan mulai rela atau mulai ikhlas. Tapi aku memang benar-benar telah ikhlas kalian bersama. Biarkan dia mengambil kamu. Biarkan dia bahagia. Bahagia dengan kamu yang bisa-bisanya menduakan orang yang ngakunya kau cintai. Bahagia dengan seseorang yang tak setia. Kurasa dia sebenarnya juga tak ingin bahagia dengan seseorang yang tak setia. Tapi.. Lengkap sudah. Seorang pengusik kini bersama dengan seseorang yang tak setia.

Intinya,sifat rela dan ikhlas ini lah yang mebuatku mudah untuk move on. Aku yakin, semua akan lebih baik. Aku telah bersama dengan seseorang yang lebih baik dari kamu. Ia selalu mampu membuatku ingat. Ingat bagaimana rasanya tersenyum karena dibahagiakan seseorang.

: )




Kumohon. Jangan pernah kembali, kamu.
Untuk, masa lalu.


#BukanGalau,HanyaNulisKisahBiasaHahaha#

Sabtu, 31 Agustus 2013

Pasti bertemu.. (semoga)

    Aku, suka dia. Entah apa alasan pastinya. Yang jelas,aku nyaman berada di dekatnya.
Aku, sayang dia. Ya,tak mau bila dia kenapa-kenapa. Selalu ingin melihatnya baik-baik saja.
Kurang sedikit lagi,langkahku tuk meraihnya. Kurang setitik lagi. Aku akan menggenggamnya, ku tau itu.

Sayangnya,perlahan langkahnya menjauh. Satu langkah,dua langkah.
Aku ingin meraihnya kembali, ingin mengatakan bahwa semua baik-baik saja,dan akan tetap baik-baik saja sampai seterusnya bila ia tetap di sampingku. Aku ingin meyakinkannya,aku ingin. Tapi mengapa banyak penghalang yang datang secara tiba-tiba,tanpa diundang.

Tidak, tidak benar apa yang orang-orang pikirkan..
aku tak cinta seseorang selain dirinya. Aku cuma cinta dia. Percayalah padaku,mereka berbohong. Sayang,aku bukan pengungkap perasaan yang ulung. Aku hanya pemendam perasaan ulung,yang cuma bisa diam saat sayang,benci,atau pun yang lainnya.

Apa yang bisa membuatnya yakin kembali padaku? apa kah harus semua ini berhenti? tak bisakah tetap berjalan selayaknya hari-hari sebelum ini? Aku ingin melihat senyumnya. Senyum yang sama seperti kemarin-kemarin. Nada yang sama seperti waktu itu saat dirinya berbicara padaku. Tatapan yang tak berubah, sama seperti tatapan ramahnya kepadaku sebelum ini. Masihkah semua dapat berlangsung?

Tapi setidaknya,selama apapun peristiwa ini berhenti atau tertunda.. pasti ada saatnya kami bertemu kembali. Bertemu dalam cerita yang selanjutnya. Melanjutkan cerita yang sempat terhenti...
Ya, ada tapinya. Tapi jika kami memang ditakdirkan untuk bersama. Jika dia memang bukan takdirku,mana bisa kami bersama.




Jika aku bukan jalanmu. Ku berhenti mengharapkanmu. Jika aku memang tercipta untukmu. Ku kan memilikimu, jodoh pasti bertemu. -Jodoh Pasti Bertemu,Afgan-


#untuk dia, yang ku sayang.