Selamat Datang Kawan

Get Gifs at CodemySpace.com

Kamis, 24 Oktober 2013

Waktu aku sama Alan


Dear, diary..

Aku mau cerita.

Waktu itu,ada acara di sekolahku. Sebuah pensi. Pensi yang meriah,karena bintang tamunya keren. Aku masih ingat,beberapa teman laki-lakiku menawari untuk mengantarkanku ke acara itu. Mereka ingin menjemputku,lalu mengantarku ke pensi. Aku tak tau apa alasannya,yang ku tau mereka baik. Baik karena mengerti,pasti tidak ada yang mengantarku ke pensi itu. Sebab,orang tuaku keluar kota.

Itu hari sabtu. Ya,malam minggu. Sebelumnya aku belum pernah merayakan malam minggu seseru waktu itu.

Oh iya,akhirnya aku memilih salah satu dari teman laki-lakiku. Orang yang kupilih itu,yang mengantarku pulang dan pergi. Dia tidak sekelas denganku. Tapi saat itu,tidak tau kenapa aku jadi memikirkan Alan. Alan itu salah satu teman yang menawarkan dirinya untuk mengantarkan ku ke pensi,dan mengantarkanku ke rumah. Tapi lagi pula,ku pikir benar aku tak berkata “iya” untuk tawaran Alan mengantarku. Karena Alan sibuk,aku tau itu. Ia menjadi salah satu orang yang ikut berpartisipasi di pensi itu. Alan pasti sibuk.

Di sepanjang pensi,aku berpisah dengan teman yang mengantarku itu. Dia berkumpul ke teman-teman laki-lakinya,dan aku berkumpul ke teman perempuanku. Suasana malam itu ramai,meriah,berisik. Bahkan untuk mendengar suara teman di sebelahku saja susahnya minta ampun. 

Aku terus ngamatin orang-orang berbaju putih,apalagi laki-laki berbaju putih. Karena Alan dan anak-anak yang ikut berpartisipasi dipensi pakai baju putih,jadi dia pasti pakai baju putih. Disamping itu,aku terus kesakitan. Kakiku sakit,aku salah pakai sepatu. Sepatu yang kupakai tidak cocok di pakai ke acara pensi seperti itu. Kakiku lecet,kulitnya mengelupas. Perih. Tapi anehnya,hanya kaki kiriku yang sakit.

Aku kadang jalan sama temen-temen perempuanku buat nyari makanan ringan,dan itu nyakitin kakiku banget. Kalau buat jalan,kakiku terasa perih. Kulit kakiku makin mengelupas. Jadi intinya,buat jalan kaki ku sakit banget.

Dan... Setiap aku ketemu teman sekelas atau teman yang aku kenal di situ,aku selalu nanya..


“kamu tau Alan dimana?” . Karena aku terus-terusan cari dia. Aku ingin tau kalau keadaannya baik-baik saja dan tak marah padaku karena aku menolak untuk diantar olehnya. Sebab dia terlihat ingin sekali mengantarku. Aku enggak tau napa,saat nolak tawaran orang lain aku biasa aja. Tapi kok saat nolak tawaran Alan,rasanya aku jadi gak enak.Ini aneh,aku tau itu.

Lagi pula,sempat aku bertemu temen yang ku kenal lainnya. Mereka malah bilang gini, 
"Nindy.. kamu dicari Alan.."

Jadi apa intinya? Kami saling cari atau gimana ya?

Lama waktu berlalu, itu sudah pukul 9 malam lebih. Di selah rasa perih di kakiku,aku mulai mengantuk,tapi ini pensi yang luar biasa. Aku tak boleh melewatkan tiap momen disini,pensi ini hanya terjadi setahun sekali. Lalu tiba-tiba ada yang menepuk bahuku, saat aku berdiri di dekat teman-teman perempuanku. Aku menoleh,dan ternyata dia Alan.


“Kamu kenapa? Gak kenapa-kenapa,kan?” ucapnya dengan nada ngos-ngosan. Dia terlihat seperti habis lari-lari.


“Aku gak kenapa-kenapa. Kok kamu nanya gitu?” jawabku heran. Aku bisa mendengar suara nafasnya yang terdengar cepat.


“Tadi beberapa temen bilang kamu nyari aku. Aku kira kamu kenapa-kenapa,makannya aku langsung nyari kamu” Kata dia serius. Aku tau Alan serius,Alan bahkan tidak memalingkan pandangan saat bicara,sorotan matanya serius,tulus.


“Em.. kakiku sakit.. “ Ucapku kearah Alan dengan sedikit mengalihkan pembicaran. Kaki ku terasa perih,kaki ku lecet. Kulitnya mengelupas,seperti robek gara-gara sepatuku.


Lalu dia gandeng aku. Gandeng erat dan bawa aku ke pinggir tempat pensi. Kami jalan berdua,terus setelah sampai dia bicara..

“Yang mana? Sini aku lihat. “

Aku duduk di rumput-rumput. Pensi sekolahku diadakan di lapangan bola sekolah. Sekarang aku di pinggir lapangan sama Alan. Aku malu-malu nunjukin luka di kakiku yang muncul hanya gara-gara salah sepatu. Tapi Alan terus-terusan minta aku nunjukin luka lecetnya. Akhirnya aku tunjukin..

“Ini yang sakit.. “ Ucapku sambil menunjuk kaki kiriku,dan membuka sepatuku.

Dia ngamatin kakiku, dan bilang “Ck ck ck..Pasti sakit. Lagian udah tau pensi kayak gini,kamu pake sepatu kayak gitu”. Tiba-tiba dia ngoceh-ngoceh ke aku sambil ngebuka sepatu kirinya,lalu ngelepas kaos kakinya,dan ngasih kaos kaki itu ke aku.

“Ini, pake.. “ ucapnya sambil ngasih kaos kaki hitam yang habis dia pakai itu.


“Hah?” balasku singkat dengan muka enggak percaya.


“Kamu mau tetep kesakitan kayak gitu dan gak bisa jalan, apa pakai kaos kakiku tapi sakitnya jadi mendingan?” Itu kata Alan.

Aku enggak jawab apapun,tapi aku langsung ambil kaos kaki yang ada di tangannya itu lalu memakainya. Aku tak berfikir bahwa memakai bekas kaos kaki orang lain yang udah dipakai seharian adalah hal yang menjijikkan. Alan benar,lebih baik aku pakai kaos kakinya. Kakiku lecet,kulitnya mengelupas,sedikit berdarah,perih,memerah. Selain itu, Alan juga nyaranin aku buat langsung ngobatin kakiku pas udah sampai rumah.

Benar kata dia,sakitnya mendingan. Kemudian Alan ngajak aku makan,tapi aku lagi gak laper. Secara enggak langsung aku  bilang ke dia kalau enggak usah beliin aku apapun. Tapi aku keceplosan. Aku bilang,aku hanya butuh minum,aku haus.  Enggak taunya dia bilang.. “bentar ya,tunggu sini..”. Aku bingung harus gimana. Aku hanya mengangguk. Sungguh orang yang baik,Alan. Dia benar-benar membantu orang yang sedang kehausan tapi kekurangan uang untuk membeli minum. Apalagi minuman dan makanan di pensi itu mahal-mahal.

Tak lama kemudian Alan datang,memberiku minuman. Aku menyambutnya senang. Alan baik,Alan baik,Alan baik. Dia baik. Aku kaget kenapa teman-temanku kira dia jahat. Alan dibenci beberapa teman-temanku. Mereka bilang Alan tak baik.

Setelah itu,aku minta Alan mengantarku ke teman-teman perempuanku tadi. Aku takut mencari teman-temanku tadi sendirian di keramaian. Alan mengantarku,sampai aku menemukan teman-temanku tadi. Aku tersenyum hangat ke Alan. Terimakasih Alan, kamu baik banget,.

Lalu waktu sudah menunjukkan jam 12 lebih. Aku pulang. Ya,waktunya aku pulang. Aku terus nengok ke laki-laki yang berbaju putih. Berharap salah satu dari mereka adalah Alan. Tapi dia gak ada. Kata Alan kalau aku butuh dia,dia ada di tempat yang dia tunjukin ke aku itu,yang barusan aku amatin. Tapi Alan enggak ada. Lagian aku tau Alan bohong,Alan dan anak-anak yang berpartisipasi di pensi kan sukanya keliling-keliling kayak patroli. Padahal aku tau mereka gak lagi patroli. Sampai akhirnya aku pulang tanpa ketemu dia lagi. Aku pulang sama orang yang tadi jemput aku dari rumah. Katanya dia suka sama aku. Dari matanya juga kelihatan.

Jadi aku baru sadar,temen-temen laki-laki yang nawarin buat nganter dan jemput aku itu kan yang katanya dan ngakunya suka sama aku. Aduh. Aku baru sadar.

Oh iya,lalu di hari seninnya aku bawa kaos kaki yang Alan pinjamkan ke aku. Ku cuci kaos kaki itu,sekarang baunya wangi. Alan terlihat senang dapat kaos kaki itu,lalu dia cium bau kaos kaki itu. Dia tersenyum dan bilang,kalau itu wangi. Alan juga bilang,enggak akan pakai kaos kaki itu. Itu buat kenang-kenangan. 

Aku balas senyum Alan. Senyum tulus.


Aku enggak mau cepat-cepat menyimpulkan. Tapi,aku rasa ada perasaan yang berbeda saat aku dekat sama dia. 


Ya,dekat sama dia.
Kalau aku jadi suka Alan, gimana dong? Kata temen-temen Alan gak baik orangnya. Enggak baik buat aku. Aku enggak tau kenapa.

Apa temen-temen salah,ya?
Hm, tapi yang jelas aku enggak akan lupa sama hari itu. Malam minggu saat acara pensi sekolah, waktu aku sama Alan.

-Nindy, 24 September 2012-

Sabtu, 12 Oktober 2013

Ini Hati? atau Halte Bis?



Ini hati. Hatiku. Bukan halte bis,kan? Bukan tempat persinggahan untuk sekedar datang dan pergi.
 Bukan..

        Banyak yang datang dan pergi di hidup ini,aku tau itu. Bahkan banyak yang hanya datang untuk sekedar membuatku sadar,bahwa pada akhirnya ia akan pergi. Ini hal konyol,aku mengerti. Tetapi aku pun paham,ini lumrah terjadi.  Kadang aku merasa seperti orang bodoh. Aku berpikir.. apa serendah itukah aku dipandangan mereka. Sehingga mereka bisa seenaknya hadir di hidupku,membuatku nyaman,membuat ku mencintainya,tapi di akhir cerita aku ditinggalkan begitu saja. 

Apa serendah itu kah?

        Memang lebih baik dicintai lalu kehilangan,dari pada tak pernah dicintai sama sekali. Tapi ditinggal pergi tanpa pamit itu menyakitkan,kau tau? Dia membuat kita nyaman,membuat kita merasa bahwa ia sudah menemukan tempat yang ia cari. Akan tetapi,ternyata ia pergi mencari tempat yang lain tanpa pamit. Secepat itu pergi,tanpa ada tanda-tanda yang terisyaratkan.

Terkadang pula,beberapa dari mereka yang pergi sempat merengek tuk kembali. Berharap akan kuterima lagi. Dan mencoba membuatku yakin,bahwa mereka benar-benar sempat menyia-nyiakanku. Tapi,masa lalu tak akan pernah berubah. Kalau aku yakin memberinya kesempatan kedua, aku tak punya pilihan selain membangun kembali kepercayaan yang sempat hilang. Kalau tidak, aku hanya akan membiarkan hatiku sakit untuk kedua kalinya.

Kupikir, beberapa dari mereka tidak peduli soal ‘meraih kembali rasa percayaku’ yang hilang itu. Mereka hanya berharap aku percaya begitu saja. Ya,begitu saja. Lalu berharap aku kan kembali untuknya,seperti dulu,menjadi miliknya. Dan aku paham,orang seperti itu adalah orang yang tak bersikap dewasa. Kurasa,lebih baik sendirian dari pada menjalani hubungan tanpa dilandasi kepercayaan.

        Lama-lama aku pikir,apa benar ya hati ini seperti halte bis? Karena sebenarnya dari halte bis.. yang bepergian hanya orang-orangnya. Bukan haltenya. Jadi..dalam suatu hubungan, yang berubah hanya soal datang dan perginya orang yang hadir di kehidupan kita. Bukan hatinya. Bukan perasaan kita.

Pernah dengar kata " Dari semua bintang di langit,tentu ada yang paling terang. " ?
Itu perumpamaan... Sama seperti soal halte bis. Dari yang sempat datang lalu pergi,pastinya selalu ada yang paling diingat oleh kita. Entah orang yang datang itu diingat karena ia memakai baju yang bagus,gelang yang kita suka,gaya rambutnya berantakan,dandanan yang tidak rapi,dan lain-lain. 

   Begitu juga soal perasaan, dari semua yang sempat datang dan pergi dihidupmu,tentu ada yang paling dikenang. Tentu,pasti ada yang paling dikenang. 


Ya, terkenang.