Sabtu, 29 Juli 2023

Beranjak

" Sudah sampai mana? "

ucap isi kepalaku.

" Oh sampai sini ya.."

batinku menjawab.


    Di usia yang sudah menginjak kepala dua ini, rasanya kerap kali kita mewajarkan apabila dihujani kalimat yang mempertanyakan mengenai pencapaian diri. Tanpa disadari pertanyaan yang awalnya disasar orang lain kepada diri kita, malah menjadi pertanyaan yang kita sasar untuk diri kita sendiri.. bahkan terpatri di dalam benak. 

   " Aku sudah sampai mana? " atau " Kamu sudah sampai mana? "

Pertanyaan yang wajar apabila kita sertai dengan pola pikir baik. Pertanyaan sederhana yang bisa menjadi pemantik dorongan laju lebih kencang diri untuk mencapai tujuan. Namun bagai  pisau bermata dua, apabila kita sertai dengan pola pikir negatif justru pertanyaan itu dapat menjadi pemantik diri untuk jatuh jauh ke dalam kekecewaan.

" Ternyata aku tertinggal ya? "

Kalimat yang seolah menanyakan balik mengenai pencapaian diri yang merupakan buah dari pertanyaan pertama.

Sadarilah bahwa tertinggal atau tidaknya dirimu bukan selalu diukur dari sudah sampai mana pencapaian orang lain. Hidup bukanlah sebuah kompetisi mengenai siapa orang yang lebih dulu sampai. Satu-satunya yang ada diperlombaan dan menjadi pesertanya adalah dirimu sendiri saat ini dengan dirimu di masa lalu. 


Beranjak, jangan terlalu lama meratapi nasib.

Beranjak, jangan selalu mengkasihani dirimu sendiri.

Beranjak, jangan bandingkan pencapaianmu dan pencapaian orang lain.


Beranjak, berikan yang terbaik yang kamu bisa. Dirimu yang lebih baik dari kemarin, atau bahkan beberapa detik lalu. Jangan lupa bawa pola pikir positif untuk bekalmu.


Ayo, beranjak.




Selasa, 07 Juni 2016

Selalu, Ada.


       Dingin. Hembusan semilir angin malam ini lewat begitu saja, seperti biasa. Dan seperti biasa
pula aku tersenyum lebar sambil melihat barang-barang yang kamu berikan, mereka tertata rapi di tiap sudut kamarku, kamu pasti senang mendengarnya. Aku terus memikirkanmu di temani dinginnya malam, seperti rutinitas-rutinitas sebelumnya. Entah mengapa kesunyian malam seolah menghipnotisku untuk makin terus memikirkanmu sebelum aku terlelap. Hatiku masih berbunga-bunga, mataku masih berbinar-binar mengingat kejadian hari ini. Aku bersyukur kita masih bisa menghabiskan waktu bersama. Dan baru saja, sekitar 10 menit yang lalu kamu pergi dari rumahku. Tapi lucunya, seoalah rasa rinduku terus merengek layaknya tangisan anak kecil meminta balon. Rasa rinduku memaksa, meminta dikabulkan permintaannya untuk bertemu kamu lagi. Bahkan aku sudah mulai merindukanmu sejak kamu berbalik badan berjalan kearah motormu, untuk pulang.

       Sebelumnya aku selalu senang tiap tau hari akan berganti, sayangnya sekarang tidak lagi. Dan dari tatapan matamu aku seolah bisa membaca sekilas bahwa kamu berpikiran sama denganku. Kita sama-sama enggan semua berlalu begitu cepat, karena waktu kita ada batasannya. Itu mengapa aku begitu menikmati momen kebersamaan kita sekarang, aku suka ada di sampingmu. Makin kesini rasanya hati kecilku terus berbisik bahwa tiap hari akan semakin berat rasanya mungkin, untuk dijalani. Aku harus siap, kamu juga harus siap. Tolong yakinkan aku  saat aku ragu seperti biasanya, aku takut. Terus yakinkan aku.

Semoga kamu paham apa yang ku takutkan, Muffin.

Lucu memang memanggilmu Muffin. Tapi perilaku-perilaku manismu selalu mengingatkanku dengan Muffin favoritku. Begitu manis rasanya, semanis hal-hal yang tak henti-hentinya terjadi berdatangan darimu, untukku. Jadi itu memang panggilan sayangku untukmu. Jangan heran.

       Kamu tau, terus bersamamu memang membuat hidupku terasa lengkap, rasanya hal-hal yang sempat seperti pecah berkeping-keping sekarang bersatu lagi. Seolah kamu memang diciptakan Tuhan untuk datang meperbaiki tiap kepingan ku yang sudah terpisah, untuk menyatukannya lagi. Namun aku juga merasa seolah sebagian dari diriku bukan menjadi aku lagi. Bersamamu semua terasa berbeda. Aku ini perempuan yang berani, kemanapun tanpa seseorang di sebelahku aku bisa. Aku ini perempuan yang kuat, bahkan sebulan tidak dihubungi oleh si pemilik hati aku kuat. Aku ini perempuan sabar, melihat si pemilik hati sibuk bercengkrama dengan teman-teman perempuannya aku selalu berhasil mencoba biasa saja. Ya, tapi itu dulu. Bersamamu aku berbeda. Aku rupanya kehilangan sebagian dari diriku ya?

       Aku benci mengakuinya, tapi aku tak seperti dulu. Rasanya sepi, rasanya takut diluar sendiri tanpamu. Rasanya tak aman. Bersamamu aku terus merasa terlindungi, dan kamu selalu meluangkan waktumu untuk ada disebelahku sesibuk-sibuknya kamu. Entah ini konyol atau apa tapi alhasil aku terlalu terbiasa melihatmu disebelahku, terlalu terbiasa ditemani olehmu kemana mana, terlalu terbiasa merasa terlindungi disampingmu, dan beginilah jadinya. Aku seperti kecanduan bersamamu. Bingung entah harus senang karena ini membuktikan aku benar-benar mencintaimu sehingga tak bisa jauh darimu, atau sedih karena ini membuktikan aku sudah tak semandiri dulu. Aku tidak paham betul. Rasanya khawatir, rasanya takut saat kamu tak menjawab pesanku 1 jam saja. Atau bahkan beberapa menit saja pikiranku sudah kemana-mana. Aku mengkhawatirkanmu, terlalu mencemaskanmu.
Padahal dulu aku bisa sabar menunggu si pemilik hati lamaku memberiku kabar, tapi denganmu aku berbeda. Entah harus senang karena ini tandanya aku benar-benar memperdulikanmu sehingga aku seolah gila kabar, atau harus sedih karena bisa saja ini tandanya aku terlalu over dan tidak bisa setenang dulu.

Kamu tau? ada juga hal yang paling menggangguku. Rasanya dadaku nyeri, perasaanku sakit, tiap melihatmu berbicara atau sekilas membicarakan perempuan lain. Dulu aku tidak seperti ini. Bahkan orang-orang sebegitu herannya mengapa aku biasa saja saat pemilik hati lamaku, sebut saja mantanku, dia bercanda dengan banyak teman perempuannya bahkan candaannya malah mengarah ke rayuan. Bersamamu rasanya aku seolah rapuh.
Aku takut aku tidak cukup baik untukmu, dan kamu pergi untuk mencari orang lain, yang lebih sempurna mungkin. Aku benci mengakui ini, entah cemburu atau apa tapi ini cukup membuatku terlihat sangat canggung di hadapanmu. Aku sudah tidak sepandai dulu untuk menutupi rasa seperti ini. Dan kamu dengan mudah menebak apa yang terjadi padaku, apa yang aku sembunyikan dengan alasan “Aku tau kamu, kita udah lama bareng”. Aku seolah dibuat skak mat oleh kata-katamu. Ya, aku lupa. Tidak ada yang bisa kusembunyikan dari kamu, karena kamu pasti tau. Kamu lebih tau aku ketimbang diriku sendiri. 

Aku sedih harus berkata seperti ini, tapi aku benar-benar minta maaf sudah membuat hari-harimu berat atau terbebani karena ulahku yang atas dasar terlalu takut ini. Aku sadar akhir-akhir ini aku terus membebani pikiranmu. Sederhana saja, aku hanya cemas kamu pergi dan tidak mencintaiku lagi. Itu pokok permasalahannya tapi sukses menciptakan ribuan masalah kecil yang tiap hari siap berkobar seperti lilin lilin yang sudah berbaris rapi disamping korek api. 
Maafkan aku, aku ingin menciptakan kenangan indah sebelum pergi. Aku menyesal sering tidak sengaja membuatmu tersakiti. Aku begitu senang kamu sering mengungkapkan bahwa.. rasa cintamu padaku lebih dari apa yang kamu tunjukkan. Dan kamu juga harus ingat satu, rasa cintaku padamu juga lebih, lebih dari apa yang kamu tau.

Lebih dari apa yang kamu tau. Lebih dari apa yang kamu tau, Muffin..


"......."

Kamis, 24 Oktober 2013

Waktu aku sama Alan


Dear, diary..

Aku mau cerita.

Waktu itu,ada acara di sekolahku. Sebuah pensi. Pensi yang meriah,karena bintang tamunya keren. Aku masih ingat,beberapa teman laki-lakiku menawari untuk mengantarkanku ke acara itu. Mereka ingin menjemputku,lalu mengantarku ke pensi. Aku tak tau apa alasannya,yang ku tau mereka baik. Baik karena mengerti,pasti tidak ada yang mengantarku ke pensi itu. Sebab,orang tuaku keluar kota.

Itu hari sabtu. Ya,malam minggu. Sebelumnya aku belum pernah merayakan malam minggu seseru waktu itu.

Oh iya,akhirnya aku memilih salah satu dari teman laki-lakiku. Orang yang kupilih itu,yang mengantarku pulang dan pergi. Dia tidak sekelas denganku. Tapi saat itu,tidak tau kenapa aku jadi memikirkan Alan. Alan itu salah satu teman yang menawarkan dirinya untuk mengantarkan ku ke pensi,dan mengantarkanku ke rumah. Tapi lagi pula,ku pikir benar aku tak berkata “iya” untuk tawaran Alan mengantarku. Karena Alan sibuk,aku tau itu. Ia menjadi salah satu orang yang ikut berpartisipasi di pensi itu. Alan pasti sibuk.

Di sepanjang pensi,aku berpisah dengan teman yang mengantarku itu. Dia berkumpul ke teman-teman laki-lakinya,dan aku berkumpul ke teman perempuanku. Suasana malam itu ramai,meriah,berisik. Bahkan untuk mendengar suara teman di sebelahku saja susahnya minta ampun. 

Aku terus ngamatin orang-orang berbaju putih,apalagi laki-laki berbaju putih. Karena Alan dan anak-anak yang ikut berpartisipasi dipensi pakai baju putih,jadi dia pasti pakai baju putih. Disamping itu,aku terus kesakitan. Kakiku sakit,aku salah pakai sepatu. Sepatu yang kupakai tidak cocok di pakai ke acara pensi seperti itu. Kakiku lecet,kulitnya mengelupas. Perih. Tapi anehnya,hanya kaki kiriku yang sakit.

Aku kadang jalan sama temen-temen perempuanku buat nyari makanan ringan,dan itu nyakitin kakiku banget. Kalau buat jalan,kakiku terasa perih. Kulit kakiku makin mengelupas. Jadi intinya,buat jalan kaki ku sakit banget.

Dan... Setiap aku ketemu teman sekelas atau teman yang aku kenal di situ,aku selalu nanya..


“kamu tau Alan dimana?” . Karena aku terus-terusan cari dia. Aku ingin tau kalau keadaannya baik-baik saja dan tak marah padaku karena aku menolak untuk diantar olehnya. Sebab dia terlihat ingin sekali mengantarku. Aku enggak tau napa,saat nolak tawaran orang lain aku biasa aja. Tapi kok saat nolak tawaran Alan,rasanya aku jadi gak enak.Ini aneh,aku tau itu.

Lagi pula,sempat aku bertemu temen yang ku kenal lainnya. Mereka malah bilang gini, 
"Nindy.. kamu dicari Alan.."

Jadi apa intinya? Kami saling cari atau gimana ya?

Lama waktu berlalu, itu sudah pukul 9 malam lebih. Di selah rasa perih di kakiku,aku mulai mengantuk,tapi ini pensi yang luar biasa. Aku tak boleh melewatkan tiap momen disini,pensi ini hanya terjadi setahun sekali. Lalu tiba-tiba ada yang menepuk bahuku, saat aku berdiri di dekat teman-teman perempuanku. Aku menoleh,dan ternyata dia Alan.


“Kamu kenapa? Gak kenapa-kenapa,kan?” ucapnya dengan nada ngos-ngosan. Dia terlihat seperti habis lari-lari.


“Aku gak kenapa-kenapa. Kok kamu nanya gitu?” jawabku heran. Aku bisa mendengar suara nafasnya yang terdengar cepat.


“Tadi beberapa temen bilang kamu nyari aku. Aku kira kamu kenapa-kenapa,makannya aku langsung nyari kamu” Kata dia serius. Aku tau Alan serius,Alan bahkan tidak memalingkan pandangan saat bicara,sorotan matanya serius,tulus.


“Em.. kakiku sakit.. “ Ucapku kearah Alan dengan sedikit mengalihkan pembicaran. Kaki ku terasa perih,kaki ku lecet. Kulitnya mengelupas,seperti robek gara-gara sepatuku.


Lalu dia gandeng aku. Gandeng erat dan bawa aku ke pinggir tempat pensi. Kami jalan berdua,terus setelah sampai dia bicara..

“Yang mana? Sini aku lihat. “

Aku duduk di rumput-rumput. Pensi sekolahku diadakan di lapangan bola sekolah. Sekarang aku di pinggir lapangan sama Alan. Aku malu-malu nunjukin luka di kakiku yang muncul hanya gara-gara salah sepatu. Tapi Alan terus-terusan minta aku nunjukin luka lecetnya. Akhirnya aku tunjukin..

“Ini yang sakit.. “ Ucapku sambil menunjuk kaki kiriku,dan membuka sepatuku.

Dia ngamatin kakiku, dan bilang “Ck ck ck..Pasti sakit. Lagian udah tau pensi kayak gini,kamu pake sepatu kayak gitu”. Tiba-tiba dia ngoceh-ngoceh ke aku sambil ngebuka sepatu kirinya,lalu ngelepas kaos kakinya,dan ngasih kaos kaki itu ke aku.

“Ini, pake.. “ ucapnya sambil ngasih kaos kaki hitam yang habis dia pakai itu.


“Hah?” balasku singkat dengan muka enggak percaya.


“Kamu mau tetep kesakitan kayak gitu dan gak bisa jalan, apa pakai kaos kakiku tapi sakitnya jadi mendingan?” Itu kata Alan.

Aku enggak jawab apapun,tapi aku langsung ambil kaos kaki yang ada di tangannya itu lalu memakainya. Aku tak berfikir bahwa memakai bekas kaos kaki orang lain yang udah dipakai seharian adalah hal yang menjijikkan. Alan benar,lebih baik aku pakai kaos kakinya. Kakiku lecet,kulitnya mengelupas,sedikit berdarah,perih,memerah. Selain itu, Alan juga nyaranin aku buat langsung ngobatin kakiku pas udah sampai rumah.

Benar kata dia,sakitnya mendingan. Kemudian Alan ngajak aku makan,tapi aku lagi gak laper. Secara enggak langsung aku  bilang ke dia kalau enggak usah beliin aku apapun. Tapi aku keceplosan. Aku bilang,aku hanya butuh minum,aku haus.  Enggak taunya dia bilang.. “bentar ya,tunggu sini..”. Aku bingung harus gimana. Aku hanya mengangguk. Sungguh orang yang baik,Alan. Dia benar-benar membantu orang yang sedang kehausan tapi kekurangan uang untuk membeli minum. Apalagi minuman dan makanan di pensi itu mahal-mahal.

Tak lama kemudian Alan datang,memberiku minuman. Aku menyambutnya senang. Alan baik,Alan baik,Alan baik. Dia baik. Aku kaget kenapa teman-temanku kira dia jahat. Alan dibenci beberapa teman-temanku. Mereka bilang Alan tak baik.

Setelah itu,aku minta Alan mengantarku ke teman-teman perempuanku tadi. Aku takut mencari teman-temanku tadi sendirian di keramaian. Alan mengantarku,sampai aku menemukan teman-temanku tadi. Aku tersenyum hangat ke Alan. Terimakasih Alan, kamu baik banget,.

Lalu waktu sudah menunjukkan jam 12 lebih. Aku pulang. Ya,waktunya aku pulang. Aku terus nengok ke laki-laki yang berbaju putih. Berharap salah satu dari mereka adalah Alan. Tapi dia gak ada. Kata Alan kalau aku butuh dia,dia ada di tempat yang dia tunjukin ke aku itu,yang barusan aku amatin. Tapi Alan enggak ada. Lagian aku tau Alan bohong,Alan dan anak-anak yang berpartisipasi di pensi kan sukanya keliling-keliling kayak patroli. Padahal aku tau mereka gak lagi patroli. Sampai akhirnya aku pulang tanpa ketemu dia lagi. Aku pulang sama orang yang tadi jemput aku dari rumah. Katanya dia suka sama aku. Dari matanya juga kelihatan.

Jadi aku baru sadar,temen-temen laki-laki yang nawarin buat nganter dan jemput aku itu kan yang katanya dan ngakunya suka sama aku. Aduh. Aku baru sadar.

Oh iya,lalu di hari seninnya aku bawa kaos kaki yang Alan pinjamkan ke aku. Ku cuci kaos kaki itu,sekarang baunya wangi. Alan terlihat senang dapat kaos kaki itu,lalu dia cium bau kaos kaki itu. Dia tersenyum dan bilang,kalau itu wangi. Alan juga bilang,enggak akan pakai kaos kaki itu. Itu buat kenang-kenangan. 

Aku balas senyum Alan. Senyum tulus.


Aku enggak mau cepat-cepat menyimpulkan. Tapi,aku rasa ada perasaan yang berbeda saat aku dekat sama dia. 


Ya,dekat sama dia.
Kalau aku jadi suka Alan, gimana dong? Kata temen-temen Alan gak baik orangnya. Enggak baik buat aku. Aku enggak tau kenapa.

Apa temen-temen salah,ya?
Hm, tapi yang jelas aku enggak akan lupa sama hari itu. Malam minggu saat acara pensi sekolah, waktu aku sama Alan.

-Nindy, 24 September 2012-

Sabtu, 24 November 2012

Lagu yg bermakna bagiku di tahun 2012 ini : )


-A Thousand Years-

     Christina Perri


  heart beats fast
  colors and promises
  how to be brave
  how can i love when i’m afraid to fall
  but watching you stand alone
  all of my doubt suddenly goes away somehow
  one step closer

      i have died everyday waiting for you
      darling don’t be afraid i have loved you
      for a thousand years
      i love you for a thousand more

  time stands still
  beauty in all she is
  i will be brave
  i will not let anything take away
  what’s standing in front of me
  every breath
  every hour has come to this
  one step closer

      i have died everyday waiting for you
      darling don’t be afraid i have loved you
      for a thousand years
      i love you for a thousand more

  and all along i believed i would find you
  time has brought your heart to me
  i have loved you for a thousand years
  i love you for a thousand more

      one step closer
      one step closer

  i have died everyday waiting for you
  darling don’t be afraid i have loved you
  for a thousand years
  i love you for a thousand more

      and all along i believed i would find you
      time has brought your heart to me
      i have loved you for a thousand years
      i love you for a thousand more

Rabu, 27 Juni 2012

Tak Ada yang Berbeda

     Semua tau kan kalau kita terlahir sama.., tak ada yang berbeda...
sama-sama terlahir di dunia ini..., dan diberi harapan oleh orang tua,untuk menjadi anak yang baik,serta berguna.

Tak ada sebenarnya yang berbeda dari kita,
itu sebab nya, rasanya aku ingin sekali jika semua di perlakukan adil , dan sama.
tanpa membeda bedakan...pintar atau tidak nya,kaya atau miskin,cantik atau tidak,tampan atau tidak,ataupun yang lainnya..

Dan kita juga harus tau. Di dunia ini, tak ada manusia yang sempurna.
Semua sama-sama memiliki kekurangan,.
Jadi, di saat kita lebih... ,pasti ada yang kurang dari kita. Begitu juga saat kita kurang, pasti selalu ada yang lebih dari kita.

Kamu tau,ini tandanya Semua orang  harus saling melengkapi ...,



Lalu...
Jangan membicarakan kekurangan orang lain. Apalagi dengan berlebihan.,
Karena ingat. Tak ada manusia yang sempurna, begitu juga aku, dirimu, dirinya, dan mereka.

Semua sama di mata Tuhan, yang dilihat dari Tuhan bukan Pintar,Cantik, Tampan,Kaya,atau yang lainnya..
Tapi yang di lihat adalah amal perbuatan serta ibadah nya.


Tolong ingat, tak ada manusia yang sempurna...,
Biarlah orang berkata apa tentang kita.

Yang penting,  kita harus tunjukkan ke orang itu. Bahwa kita bisa menjadi seseorang yang lebih baik dari dia.
Tanpa sering membicarakan kekurangan yang dimiliki oleh nya,ataupun kekurangan dari orang lain.

: )